Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Oktober 2012

Pembelajaran Sains Kontekstual

Oleh: Sidiq Wachyono

Kelemahan dalam pembelajaran sains di sekolah, diantaranya adalah pembelajaran yang tidak kontekstual. Faktanya, sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah menrupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka.

Di lapangan masih terdapat guru yang mengajarkan sains berupa teori saja dan menekankan pada rumus-rumus dan perhitungan yang rumit. Padahal, pendidikan sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi perserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


Program pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, seyogianya dirancang guru yang akan melaksanakan pembelajaran di kelas. Program berisi skenario tentang apa yang dilakukan siswanya sehubungan dengan materi yang akan dipelajarinya, disertai pemberian motivasi yang berhubungan dengan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehar-hari.

Dalam penyusunan program pembelajaran kontekstual, sebaiknya dilakukan langkah-langkah berikut. Pertama, nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar. Kedua, nyatakan tujuan umum pembelajarannya. Ketiga, rincilah media untuk melakukan kegiatan itu. Keempat, buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa. Kelima, nyatakan authentic assessment-nya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Pembelajaran sains dengan pendekatan kontekstual mendorong guru memilih dan mendesain lingkungan belajar yang memungkinkan untuk mengaitkan berbagai bentuk pengalaman sosial, budaya, fisik, dan psikologi dalam meningkatkan hasil dan keaktifan siswa dalam belajar. Pemanfaatan pendekatan kontekstual akan menciptakan ruangan kelas yang didalamnya siswa menjadi aktif, bukan hanya pengamat yang pasif dan bertanggung jawab dalam belajarnya.

Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata. Selain itu memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemaknaan pembelajaran akan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Melalui pendekatan kontekstual, siswa menemui hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis dalam konteks dunia nyata.

Menurut David P Ausubel (1978) dan Jerome S. Bruner (1977), pembelajaran dalam pendidikan akan menjadi lebih menarik, memberi kegairahan pada semangat belajar peserta didik, jika peserta didik melihat kegunaan, manfaat, makna dari pembelajaran guna menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang dihadapinya. Pembelajaran akan memberikan suasana yang menyenangkan jika berkaitan dengan potensi, minat, hobi, bakat peserta didik dan penerimaan siswa bahwa apa yang dipelajarinya akan berguna bagi kehidupannya di masa depan, karena siswa merasa mendapatkan keterampilan yang berharga untuk menghadapi hidup.***

Penulis, guru kimia di SMAN 1 Cisarua, Bandung Barat.

Sumber: Pikiran Rakyat Edisi Sabtu, 22 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar